Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2009

Tentang Pelaut yang Rindu Pulang

Tentang Pelaut yang Rindu Pulang Jika nanti aku pergi karena musim atau cuaca entah angin apa Akan ku selipkan sedikit kenangan sebagai tanda di ujung utara Pada dermaga dan tebing pantai agar engkau tak susah mencari Kepada karanglah ikan-ikan menanam kepercayaan, itu benih Tentang getar yang berjejeran di pinggulmu apakah itu ombak Kita pernah tergagap-gagap saling mengukur asa, apa kau rasa Pada ketika itu segala menjadi berbunga-bunga seperti adinda Lalu kita terus menghafal kemabukan dalam kenangan diam-diam Sejarah para pelaut adalah sejarah mata angin dari lajur pencarian Dalam tiap-tiap kemabukan mencari perawan juga perempuan karam Kan ku bawa pulang seluruh sisa karang padamu menjadi halaman Dendangkan sisa nada mari mendesah, kita melapang engkau sayang Banda Aceh, 18 Juni 2008 Dino Umahuk: metafora birahi laut www.birahilaut.multiply.com

PEMBERONTAKAN ANAK BUAH KAPAL “ZEVEN PROVINCIEN” TAHUN 1933

PEMBERONTAKAN ANAK BUAH KAPAL “ZEVEN PROVINCIEN” TAHUN 1933 Suyatno Kartodiredjo sumber: majalah prisma Sejarah mencatat pada 4 Februari 1933, awak kapal Zeven Provincien milik Belanda memulai pemberontakan yang getarnya terasa sampai ketingkat tertinggi pimpinan politik negeri Belanda. Pemberontakan itu suatu episode dalam sejarah pergerakan nasional yang panjang, terjadi dalam konteks depresi ekonomi, kebijakan politik pemerintah yang reaksioner, dan agitasi yang semakin radikal oleh kalangan nasionalis masa itu. Dalam tahun-tahun permulaan abad XX terjadi suatu perkembangan ekonomi yang pesat di indonsia. Perkembangan itu disertai dengan perluasan jabatan-jabatan dalam pemerintahan kolonial secara besar-besaran. Dalam kenyataannya perkembangan ekonomi yang pesat tidak untuk kemakmuran bagi penduduk pribumi. Perkembangan politik kolonial tersebut diikuti oleh perkembangan humaniterisme yang kemudian menimbulkan kritik terhadap praktek kolonial yang tidak mempunyai pertanggung jawaban...

10 KUALITAS PRIBADI YANG DISUKAI

Ketulusan Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor kancil. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri. Kerendahan Hati Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan kekuatan.. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder. Kesetiaan Keset...

Madagaskar: Jejak Pelaut Indonesia di Pesisir Afrika

Nun di sebuah pulau besar di Samudera Hindia, pesisir timur Afrika, torehan sejarah tentang keberanian pelaut Nusantara telah tercatat. Pulau Madagaskar, pulau keempat terbesar di dunia, menjadi saksi penjelajahan pelaut negeri ini yang kemudian menjadi cikal bakal bangsa di negara pulau itu. Keberanian pelaut Indonesia sudah dikenal dunia. Pada abad ke-8 misalnya, nenek moyang bangsa Melayu-Indonesia ( saat itu tentu saja belum ada sebutan Indonesia); telah berani menaklukkan Samudera Hindia. Ke Bangladesh, Afrika dan akhirnya sampai di Madagaskar pada abad ke-8 M. Di sana mereka pulang pergi dan akhirnya menetap. Dari keturunan mereka yang beranak pinak di sini, bangsa Malagasy (orang Madagaskar ; red) keturunan Melayu Indonesia menjadi warga mayoritas di samping keturunan Afrika dan Arab. Bahkan, bahasa Malagasy sedikit banyak memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu Indonesia dan Bahasa Jawa. Untuk bahasa Melayu, misalnya saja horita (gurita), tanjona (tanjung), varatra (barat), hih...