Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

LAUT

LAUT Kuntowijoyo Siapa menghuni pulau ini kalau bukan pemberani? Rimba menyembunyikan harimau dan ular berbisa. Malam membunuhmu bila sekejap kau pejam mata. Tidak. Di pagi hari kautemukan bahwa engkau di sini. Segar bugar. Kita punya tangan dari batu sungai. Karang laut menyulapmu jadi pemenang. Dan engkau berjalan ke sana. Menerjang ombak yang memukul dadamu. Engkau bunuh naga raksasa. Jangan takut. Sang kerdil yang berdiri di atas buih itu adalah Dewa Ruci. Engkau menatapnya: menatap dirimu. Matanya adalah matamu. Tubuhnya adalah tubuhmu. Sukmanya adalah sukmamu. Laut adalah ruh kita yang baru! Tenggelamkan rahasia ke rahimnya: Bagai kristal kaca, nyaring bunyinya. Sebentar kemudian, sebuah debur gelombang yang jauh menghiburmu. Saksikanlah. Tidak ada batasnya bukan?

DI TEPI LAUT

DI TEPI LAUT Isbedy Stiawan ZS kita pernah bermain layang-layang di sini rambutmu yang tersibak angin adalah benangnya aku ulur kau biar terbang menyilang cakrawala tapi kendali tak sudi kulepaskan. Tak sudi betapa bodohnya aku, benang di tangan putus kulihat kau terbang sendiri tanpa bisa kuraih kembali. Tanpa bisa di tepi laut ini kunanti layang-layangku yang putus kunanti kau hadir kembali menemaniku bercakap-cakap pada karang 1984/1985

ANDAI LAUT KELAM

ANDAI LAUT KELAM Ridwan Amran : Andai laut kelam Mentarikanlah langit Agar jelas hitam pada hitamnya Agar jelas putih bukan birunya Dalam suatu perjalanan yang tak pernah usai Dari kehidupan anak manusia Andai bumi kelam Rembulankanlah langit Menyinari Lord Byron sebiduk cinta dengan kakaknya Bunga-bunga yang jatuh layu dalam bara fitnah Laut-laut dan sungai-sungai beku Mengutuk itu perahu Biar laut kelam dan langit kelam Dan kedengkian merengkahi bumi Dari permusuhan darah dan nanah Mengukir cinta Romeo dan Juliet Yang berpeluk kekal dalam tubuhnya Kini laut tidak bercerita lagi Tentang rindu, tentang cinta dan airmata Dan langit bukanlah semata harapan Karena bumi yang panas semakin panas Merontokkan kesetiaan membakar kejujuran Kecuali dengki fitnah dan kesombongan Membungai pohon-pohon Dan kulik elang merebahkan senja Manusia telah memangsa manusia Andai laut kelam dan langit kelam Dan bumi luruh di telan kelam.

LAUT YANG RAMAI

LAUT YANG RAMAI Ayi Jufridar Laut mendadak ramai deburan ombak terseret angin ke tengah samudera itu sedang di bibir pantai orang saja menari-nari Laut mengundang sehamparan gunung samudera datanglah dari penjuru segala melihat kami menari menjelang akhir sodorkan air ketika tubuh bermandi peluh tapi jangan suguhkan seudati*) sebab ia sudah mati Datang, datanglah dari penjuru segala ramaikan laut kami yang sepi dengan lagumu yang sarat cinta Lhokseumawe, Juni 2005 *) nama tarian terkenal Aceh

ANGIN LAUT

ANGIN LAUT Kuntowijoyo Perahu yang membawamu telah kembali entah ke mana angin laut mendorongnya ke ujung dunia Engkau tidak mengerti juga Duduklah Ombak yang selalu pulang dan pergi. Seperti engkau mereka berdiri di pantai menantikan barangkali seseorang akan datang dan menebak teka-teki itu. sajak sajak 1974 - ISYARAT

MADAH LAUT

MADAH LAUT Beni R Budiman Laut adalah luka tanpa harga yang mengaduh sia-sia ketika kata lupa pada bahasa dan kepala hanya tulang rangka I Telah lama kaucintai laut hingga kapalmu berkayuh jauh pada tumpukan ombak pada angin yang berdengung menyuling badai di suatu palung "Laut hanya seekor laba-laba yang rajin memintal sarang hingga kita tak mampu merayap menuju ujung jaring langkahnya Kita akan terjebak di piuh jalan jauh sebelum sampai tujuan." Pada birunya yang berlapis dan bertumpuk seperti kesedihan kauarahkan hati mengayuh sauh sungguhpun kau akan kesasar menentukan haluan kapal Kau tahu matahari telah berkhianat memeluk hangat tubuh laut dan melumat basah bibir pantai hingga gairahnya berjatuhan seperti hujan bulan Desember Matahari sungguh terlalu angkuh Cahayanya yang menyengat lebih suka menyeduh kopi daripada membakar para keparat yang mengunyah terumbu karang dan berlindung pada kapal dagang Kau rindu laut karena sungai-sungai selalu bertamu dan mencium pipinya y...

LAUT SIGLI

LAUT SIGLI LK Ara Semua keluh kukirim kepadamu Semua risau kubenam kelaut mu Rasa kesal dan benci kusampaikan kepadamu Rasa kawatir dan takut kuceritakan padamu O, laut Sigli Semua derita ku tumpahkan kepadamu Semua rindu kunyanyikan untukmu Rasa sunyi dan nyeri kukirim padamu Rasa takluk dan menyerah rubuh kepangkuanmu O, laut Sigli Izinkan aku memanggilmu Ibu Sigli, 21 Juli 1986

LAUT MEMBAWA JASADKU

LAUT MEMBAWA JASADKU Isbedy Stiawan ZS laut membawa jasadku ke malam-malam pekat. ke makam-makam sunyi ditanamkan, menyimpan riuh jam tanah pun basah, melumpurkan langkah yang berhenti pada gerbang-Mu kau pun tersedu. hujan turun mengabarkan ketajaman pisau padaku, dan laut tak henti membawa jasadku ke makam-makam sunyi-Mu untuk ditanamkan! o aku sendiri dalam kematian ini di semesta sempurna ketiadaanku 1987

PERJALANAN PELAUT

PERJALANAN PELAUT Isbedy Stiawan ZS karena laut mengajarkan rahasia badai aku pun setia berlayar. dari pulau asing ke pulau asing aku tebarkan benih pelaut dan lalu meninggalkan ratusan rumah yang memendam kesepian rumah hanya istirah bagi kejenuhan kapal. oh, laut yang terapit oleh pulau-pulau di mana tubuhku sesekali dibaringkan? dari pulau asing ke pulau asing aku pahami rahasia badai, aku tebarkan benih pelaut. sementara pada kedalaman laut kubur mengajarkan rahasia paling akhir 1987

AKU PELAUT RIMBA AIR YANG CONGKAK

AKU PELAUT RIMBA AIR YANG CONGKAK by iwan on November 4, 2009 aku pelaut rimba air yang congkak serasa ada yang bekehendak gelak riuh menyulut gejolak gasak pemukim rimba air serasa ada yang berteriak, Awas langit menjulur-julurkan kakinya diperut bumi ayo lekas berjingkak kayuhlah biduk mesinhidupmu lekas, lekaslah kelak kau disapu gemuruh halimun, jejakan pantatmu dipesisir! akan tetapi Tidak, badai telah biasa menerjang dadaku sekalipun gemuruh melantakan aku tetap kokoh tegak menyergap ombak karna akulah julukan sang pelaut congkak menderu deru biduk ku kayuh meraup sisa asa untuk ditanak bini ku besok petang! email :iwan_luvnina@yahoo.com kunjungi blog saya http://puisikalasenja.blogspot.com

DOA PARA PELAUT YANG TABAH

DOA PARA PELAUT YANG TABAH Sapardi djoko damono Kami berjanji kepada sejarah Untuk pantang menyerah Bukankah telah kami lalui pulau demi pulau, selaksa pulau, Dengan perahu yang semakin mengeras oleh air laut. Selalu bajakan otot-otot lengan kami, ya Tuhan, Yang tetap mengayuh entah sejak kapan; Barangkali akan segera memutih rambut kami ini, Satu demi satu merasa letih, dan tersungkur mati, Tapi berlaksa anak-anak kami akan memegang dayung serta kemudi menggantikan kami kamillah yang telah mengayuh perahu-perahu sriwijaya serta majapahit mengayuh perahu-perahu makassar dan bugis, sebab kami telah bersekutu dengan sejarah untuk menundukkan lautan. Dan laut yang memberontak dalam prahara dan topan Adalah alas an yang paling baik Untuk menguji kesetiaan dan bakti kami padaMu barangkali beberapa orang putus otot-otot lengannya, yang lain pecah tulang-tulangnya,tapi anak-anak kami yang setia segera mengubur mereka di laut, dan melanjutkan perjalanan yang belum selesai ini. Biarlah kami ber...

Puisi Pelaut

Puisi Pelaut Tak perlu kau surutkan diriku… Aku tak akan kembali.. Aku akan menantangmu.. Tak perlu kau perlihatkan kekuatanmu.. Aku tahu kamu memang perkasa.. Aku akan mengakuinya.. Tak perlu kau amuk perahuku.. Aku tetap mengarungimu.. Aku akan pasang layarku.. Tak pernah surut.. Akan tetap mendayung.. Akan anak dan istri di ujung lembayung.. Feb 20, '08 3:32 AM for everyone http://bali05.multiply.com/journal/item/10

Lagu Anak pelaut

Lagu Anak pelaut Kunyanyikan pantaiku Berwajah ungu Anak-anaknya dalam sedu. Kunyanyikan pantaiku Berbelas lara Rindu dendam anak-anaknya Mengharapkan kasih entahkan tiba. Kunyanyikan pantaiku Retak seribu Paling derita anak-anak di sini Tiada siapa yang bisa tahu Selain dari yang mengalami. Kudengarkan lautku Berlenggang-lenggok Kudendangkan lautku Tempat berpaut. Kudendangkan lautku Pintu hidup Kudendangkan lautku Pintu maut. J.M Aziz 18 Jun 1967.