Monyet dan Lumba-Lumba

Monyet dan Lumba-Lumba FIKSI | 24 April 2011 | 15:0993 20 Pada suatu hari, ada sekelompok pelaut yang akan pergi melaut dengan sebuah perahu layar kayu. Salah seorang pelaut itu membawa seekor monyet yang sangat lucu. Monyet itu bernama Mongki. Mongki sangat pandai dan senang menghibur para pelaut dengan tingkahnya yang kocak. Kadang dia bermain di atas buritan kapal. Kadang dia berayun-ayun pada tiang layar. Tak jarang juga dia mengganggu pelaut yang sedang menyiapkan makan untuk teman-temannya. Semua pelaut sangat suka padanya. Ketika kapal mulai melaju meninggalkan dermaga, Mongki asyik berayun-ayun di buritan kapal. Sesekali dia berdiri sambil memandang kearah laut, seperti layaknya kapten kapal. Para pelaut yang sibuk menaikkan layar dan mengemudikan kapal, tersenyum melihat tingkah Mongki yang lucu itu. Kapal pun melaju dengan cepat menuju ke laut lepas. Angin yang menerpa sangat kencang. Ombak-ombak besar seakan menahan laju kapal yang dikemudikan dengan sangat handal oleh kapten kapal. Buih-buih ombak yang pecah karena terhempas badan kapal, bermain-main disekeliling kapal itu. Saat mereka sudah mencapai lautan luas, tiba-tiba udara di sekitar mereka berubah menjadi gelap. Ombak pun bertambah besar menghempaskan kapal. Angin yang tadinya bersahabat, sekarang berubah menjadi musuh yang sangat menakutkan. Badai pun tiba menghampiri dan membuat takut seluruh penghuni kapal termasuk Mongki. Kejadian yang mengerikan pun terjadi. Kapal yang ditumpangi Mongki terbalik. Semua orang jatuh ke laut dan berusaha untuk menyelamatkan diri, demikian pula Mongki. Dia merasa yakin kalau dirinya akan tenggelam karena Mongki tak dapat berenang Ditengah-tengah ketakutannya, tiba-tiba datanglah seekor lumba-lumba menolong dirinya. Mongki segera naik keatas punggung ikan lumba-lumba dan kemudian mereka segera pergi meninggalkan badai yang menggerikan itu. “Siapa namanu?” tanya lumba-lumba. “Aku Mongki, dan kau?” kata Mongki sambil berpegangan erat. “Aku Dolpin, senang berkenalan denganmu Mongki” jawab lumba-lumba sambil terus berenang. “Aku juga. Terima kasih kau sudah menolongku Dolpin” kata Mongki yang menggigil kedinginan karena hujan turun begitu derasnya. Setelah berenang beberapa lama, tampaklah di kejauhan sebuah pulau kecil. “Lihat Dolpin, di sana ada sebuah pantai” kata Mongki sambil tetap berpegangan pada sirip lumba-lumba. Mereka pun segera berenang menuju pulau itu. Setelah sampai, Mongki pun segera turun dari atas punggung Dolpin. “Apakah kau tahu tempat ini?” tanya Dolpin kepada Mongki. “Ya tentu saja. Bahkan, raja pulau ini adalah teman baikku” kata Mongki dengan sombong. “Aku ini adalah seorang pangeran dari pulau seberang” sekali lagi Mongki menyombongkan dirinya. Dolpin menatap Mongki sejenak kemudian melihat ke kanan dan ke kiri pulau yang sangat sepi itu. Dolpin merasa yakin bahwa pulau itu adalah pulau kosong tak berpenghuni. Lalu dia tersenyum kepada Mongki, “Wah, wah, jadi kau adalah seorang pangeran dari pulau seberang ya! Hmm.. kalau begitu sebentar lagi kau pasti bisa menjadi seorang raja! ” kata Dolpin sambil tersenyum mengejek. Mendengar kata-kata Dolpin tadi Mongki pun berpikir “Ahh.. andaikata dia benar-benar bisa menjadi raja, pasti dia akan jadi monyet yang paling terkenal “Bagaimana saya bisa jadi raja?” tanya Mongki sambil harap-harap cemas.”Itu sih perkara mudah saja” jawab Dolpin menatap Mongki dengan pandangan jail. “Kamu adalah penghuni satu-satunya di pulau itu, tentu saja kamu bisa menjadi raja dari pulau kosong itu” kata Dolpin sambil berenang menjauh. Pesan moral dari cerita diatas : Jangan suka berbohong dan menyombongkan diri, nanti akan kena batunya. Penulis : Valentino

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tembusan dari forum GPI

Tentang Pelaut yang Rindu Pulang

MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT.