PELAUT DAN KEKASIHNYA YANG PULANG


PELAUT DAN KEKASIHNYA YANG PULANG

/senja/
Ada yang pulang,
menjinjing jala dipundaknya, membawa cinta dan kerinduan yang masih sama.

Menuju matahari terbenam, selepas camar-camar menjadi beberapa titik di udara.
Itu, Mereka yang berangkulan, dan pulang kesarang.
Kehangatan sekaligus Kecemburuan, yang tidak
ingin disaksikannya setiap senja tiba.

Dia yang tak jemu-jemu, pergi dan kembali
untukmu. Dengan cinta yang tidak pernah
terbagi,

ah barangkali rindu memang sudah usang. Atau
pelukannmu kah itu, yang tidak lagi sehangat
dulu?

/gitar tua/
Sehabis Senja, kulihat dia memetikkan gitar tua.
Dibalik senar-senarnya ada stiker kecil, ada kata
saya, gambar hati juga namamu.

dilantunkannya irama kerinduan yang sangat dalam. Sambil sesekali menyeruput teh buatannya sendiri.

Tiap kali irama gitar melemah, tiap kali itu pula ia
menarik nafas yang sangat panjang. Seperti,
penyair yang kelelahan menyudahi ingatan yang
jauh,
sejauh dekapanmu kini.

/ingatan/
Ah,,, itu terlalu melelahkannya. Mengapa tidak
kau bawa saja dia bersamamu, seperti dahulu.
Seperti lenganmu, yang menggelayut manja
dilengannya. Seperti janjimu, yang akan tetap
setia bersamanya.

Ah sepertinya cinta pun tak abadi, seabadi kau di ingatannya.
Riau, 10/02/12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tembusan dari forum GPI

Tentang Pelaut yang Rindu Pulang

MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT.