Kantin Kejujuran
Yupz… kantin kejujuran. Ini veni lihat di DAAI TV, gak tahu saat itu tema acaranya apa, soalnya waktu itu lagi iseng mencet-mencet remote, trus penasaran cari “sumber inspirasi”, mampir deh ke stasiun swasta itu.
Karena gak lihat tayangan sebelumnya, jadi veni tahunya hanya sepenggal kisah tentang kantin kejujuran. (kok baru denger ya, klo ini sudah diterapin di SMAN 1 Bekasi, padahal, veni
Di kantin itu, semua pembeli self service ,seperti swalayan , jadi mau beli apa tinggal ambil barangnya (ah...itu
Seingat veni, kantin itu sudah berjalan lebih dari 6 bulan. Pada awal buka, keuntungan dari sistem penjualan dengan modal kejujuran pembeli, meraih omset sekitar 300 ribu/ bulan, kemudian meningkat terus.Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, muncullah ketidakjujuran dalam pelaksanaannya. Karena tanpa pengawasan, maka menginjak operasional bulan ke-4, ada beberapa siswa yang tidak membayar/ mungkin membayar kurang dari harga yang tertera, karena margin yang diperoleh tidak sesuai dengan jumlah barang yang terjual, walaupun kata pihak sekolah adanya ”ketidakjujuran” itu masih menutupi biaya operasional kantin, tidak sampai rugi.
Tapi...akhirnya, angka ”ketidakjujuran” dalam kantin, perlahan tapi pasti mulai menurun. Kepala sekolah bilang bahwa tujuan dari adanya kantin kejujuran ini adalah untuk ”menciptakan” generasi penerus yang bebas korupsi. Karena sekolah adalah salah satu sarana pembelajaran, maka sekolah ingin memberikan pembelajaran bukan hanya ”ilmu pengetahuan” saja, tetapi juga pembelajaran ”moral”. Ck...ck...(para koruptor ada yang kesindir gak ya?!, he...)
Wah, Two Thumbs buat seluruh civitas akademi SMAN 1 Bekasi, sebuah langkah kongkret untuk “mengasah” sikap jujur melalui cara yang “sederhana” yaitu dengan membuat kantin kejujuran, dimana kita sendiri yang melayani pembayaran dan kembalian atas barang yang kita beli.
Tapi....jika veni memiliki sebuah usaha, sepertinya veni belum bisa berani untuk mempercayakan “barang dagangan” veni begitu saja ke pembeli, seperti di kantin kejujuran he... (selain masih belum berani ngasih kepercayaan, juga masih belum berani rugi nih J )
Ternyata, butuh modal besar ya, buat mendirikan “kantin kejujuran:
- Modal kepercayaan antara pembeli dan penjual
- Modal harta (siap2 rugi karena tidak ada pemantauan pembayaran)
Well.... siapa nih yang mau coba ngikutin jejak SMAN 1 Bekasi?!...Hayo...siapa yang berani?! (mode on: garuk-garuk kepala, masih mikir untung rugi, he...)
Komentar
biasa prinsip ekonomi....pengeluaran sekecil-kecilnya tuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya (ck..ck...terlalu kapitalis gak sih?!)