POETRY
Selesai
Sudahlah....
biarkan teriknya matahari memutuskan benang layang2 yang kemarin
terukur dan tertali pada tonggak di padang,
karena memang,
kita masih dapat menggelas dengan lebih tajam
dengan kedua ibu jari dan telunjuk kita, meski telah berdarah darah..
Sudahlah....
rentangkan saja layar terakhir bahtera yang pernah singgah pada
pelabuhan hati kita di masa madu tak
pernah surut kemarin,
karena memang kita sudah tak menyimpan sobekan awan dan jelaga
untuk dijahitkan pada tiang,
sebagai pengampuh angin selatan,
pendorong tujuan yang utuh..
Biarkan saja...
kawanan merpati melepaskan sebagian bulunya,
dan menjatuhkan tangkapan paruhnya,
pada tanah meranggas di seberang lautan
yang sedang kita seberangi,
dengan kedua tangan kita yang kian terkepal erat,
tak hendak membuka untuk
sekedar membuat buih pada sisi kiri
dan kanan kita..
Biarkan saja..
kaki kita menuju pada apa yang memang
telah terjejak oleh pendaki sebelum kita,
sembari kita bungkus pergelangannya dengan selembar awan putih,
meski merahnya mampu mengoyakkan
bersihnya...
sudahlah..
biarkan saja...
==================================================
Yang Tersimpan
perhentian kereta senja adalah,
jalan panjang tanpa
tepian yang berujung pada batasnya,
ketika aku bukan lagi peniup peluit kereta terakhirmu,
pada senja kemarin....
pada bebatuannya yang berserakan di dinginnya
tanah basah ini,
engkau mencoba menulis janji
sembari kau robek hatiku yang hanya satu2nya
yang kemarin kau rebahkan pada
permadani biru dan ungu..
yang tersimpan pada jejak perhentian ini,
adalah sebuah warna yang
pasti bukan milik kita lagi
ataupun kepunyaan esok kita lagi,
melainkan sebuah pelangi yang bersandar
pada langit keluasan sang yusuf
dan bertumbuh bagi kemilikan yang lapang
tentang rentang depan
yang maha luas..
lalu
yang tersimpan bagi kita adalah,
sebuah cawan,
yang tak lagi lurus pada pinggirnya,
meski masih
mampu menampung
air mata dan keringat kita,
saat meniti esok
Komentar